Sunday, December 26, 2010

Gadis kecil yang Berani Bermimpi

http://www.greenwarmsoul.blogspot.com/


Sewaktu Amy Hagadorn berjalan tepat di belokan menuju kelasnya, dia bertabrakan dengan seorang anak laki-laki bertubuh jangkung, murid kelas lima, yang sedang berlari dari arah berlawanan.
"Jangan meleng, bodoh," maki anak itu sambil menghindar dari anak kelas tiga yang bertubuh jauh lebih kecil. Setelah itu, dengan raut wajah sinis anak laki-laki itu berjalan sambil memegangi kaki kanannya, menirukan cara berjalan Amy yang memiliki kaki tidak sempurna.
Amy memejamkan matanya. Jangan pedulikan dia,  katanya dalam hati sambil terus berjalan menuju kelasnya. Akan tetapi sampai saat sekolah usai, Amy tidak dapat melepaskan pikirannya dari ejekan anak laki-laki jangkung itu. Padahal dia bukan satu-satunya anak yang mengejeknya. Rasanya, sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, setiap hari pasti ada anak yang mengejeknya. Ada yang mengejek cara bicaranya, ada yang mengejek kelumpuhannya. Amy sampai bosan. Kadang-kadang, bahkan meskipun sedang bersama anak-anak lain di dalam kelas, dia merasa sendirian. Dirumah, di meja makan saat santap malam, Amy hampir tidak berbicara, Ibunya tahu bahwa Amy baru melewati pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolah. Itu sebabnya Patti Hagadorn senang mempunyai beberapa kabar baik yang dapat dia ceritakan kepada putrinya.
"Ada lomba permohonan Natal di sebuah stasiun radio," kata ibu Amy. "Tulislah sepucuk surat kepada Santa Claus, maka kau berpeluang mendapat hadiah. Menurutku anak berambut ikal yang pirang di meja makan ini layak mengikutinnya."
Amy terkekeh. Perlombaan itu tampaknya menyenangkan. Dia mulai memikirkan yang paling ingin di mintanya untuk perayaan Natal.
Sebuah senyuman langsung menghiasi wajah Amy begitu gagasan pertama datang kepadanya. Dia langsung mengambil sebatang pensil dan sehelai kertas, dan Amy mulai membuat suratnya. "Dear Santa Claus," tulisnya di ujung kiri atas.
Sewaktu Amy sibuk dengan proyeknya, seluruh anggota keluarga mencoba menebak apa yang diinginkan oleh gadis kecil itu dari Santa Claus. Kakak amy, Jamie, dan ibunya, sama-sama menebak bahwa di urutan paling atas Amy akan meminta sebuah boneka Barbie berukuran satu meter. Ayahnya Amy menebak bahwa gadis kecil itu akan meminta buku gambar, Akan tetapi Amy belum bersedia menyingkapkan permohonan Natalnya. Berikut ini surat Amy kepada Santa Claus, tepat yang di tulisnya pada malam itu:

Dear santa Clause,
Namaku Amy, aku berusia sembilan tahun. Aku mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda membantuku, Santa? Anak-anak menertawakan caraku berjalan, caraku berlari, dan caraku berbicara. Aku menderita kelainan yang biasa disebut cerebral palsy.Aku cuma ingin satu hari saja tidak ada orang yang menertawakan atau memperolok aku.

Love,
Amy.

Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, surat-surat membanjir dari anak-anak yang mengikuti lomba permohonan Natal. Para pegawainya senang membaca surat-surat yang bersalah dari anak-anak di seluruh kita, berisi permintaan yang berbeda-beda.
Ketika surat Amy tiba di stasiun radio itu, sang manajer, Lee Tobin, membacanya dengan serius. Dia tahu cerebral palsy adalah gangguan otot yang barangkali membingungkan teman-teman sekolah Amy karena mereka tidak memahami cacat seperti itu. Dia berpendapat ada baiknya jika masyarakat Fort Wayne mendengar tentang anak kelas tiga yang istimewa dengan permohonannya yang sangat tidak biasa. Mr. Tobin menghubungi surat kabar setempat.
Keesokan harinya, sebuah foto Amy dan suratnya kepada Santa Claus terpampang di halaman depan surat kabar News Sentinel, Kisah itu menyebar dengan cepat sekali. Di seluruh negeri, surat-surat kabar, stasiun-stasiun radio, dan stasiun-stasiun televisi mengangkat kisah gadis kecil di Fort Wayne, Indiana, yang telah mengajukan sebuah permintaan yang begitu sederhana namun sangat mengesankan sebagai hadiah Natal-sehari saja tanpa olok-olok.
Tiba-tiba tukang pos menjadi pemandangan yang rutin dirumah keluarga Hagadorn. Amplop-amplop beragam ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa diseluruh negeri. Amplop-amplop itu berisi kartu selamat Natal yang di tambah dengan beberapa ungkapan yang membesarkan hati.
Selama perayaan Natal yang tak terlupakan itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia telah mengirimi Amy surat-surat persahabatan dan dukungan. Amy dan keluarganya membaca setiap surat itu. Sebagian penulisnya adalah para penyandang cacat; yang sebagian pernah di olok-olok sewaktu kanak-kanak.Tiap penulis menyampaikan sebuah pesan khusus bagi Amy. Melalui kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu,Amy merasakan sebuah dunia yang penuh dengan orang-orang yang sungguh saling peduli. Dia sadar bahwa ejekan seperti apapun tidak akan pernah membuatnya merasa kesepian lagi.
Banyak orang berterima kasih kepada Amy karena telah cukup berani mengungkapkan isi hatinya. Yang lain menganjurkan agar dia tidak usah peduli kepada olok-olok dan terus berjalan dengan wajah tetap tengadah. Lynn, seorang anak kelas enam dari Texas, mengirimkan pesan sebagai berikut :
"Aku ingin menjadi temanmu," tulisnya, "dan kalau kau dapat datang kerumahku,kita bisa bersenang-senang. Tak seorangpun akan memperolok kita, sebab kalau berbuat demikian, kita tidak akan mendengarkan mereka."
Amy mendapatkan keinginannya untuk sebuah hari khusus tanpa olok-olok di South Wayne Elementary School. Selain itu, semua orang di sekolah ini mendapatkan bonus. Guru-guru dan murid-murid berdiskusi betapa buruknya kebiasaan mengolok-olok bagi orang yang menjadi korban.
Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi mencanangkan tanggal 21 desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn yang berlaku di seluruh kota. Dalam sambutannya sang walikota mengatakan bahwa dengan keberaniannya mengajukan permohonan yang begitu sederhana, Amy telah mengajarkan sebuah pelajaran yang universal.
"Semua orang," kata sang walikota, "ingin dan berhal di perlakukan secara hormat, bermartabat, dan hangat"

By Alan D. Shultz
*cape juga ketiknya x_x*

0 comments:

Post a Comment